Inggris saat ini menghadapi tantangan ekonomi TRISULA 88 yang signifikan, terutama dengan meningkatnya inflasi yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan stabilitas fiskal negara. Pada awal 2025, ekonomi Inggris menunjukkan kontraksi, sementara inflasi mencapai level tertinggi dalam 10 bulan terakhir, sekitar 3% hingga mendekati 4%, terutama dipicu oleh kenaikan harga energi seperti gas15. Kondisi ini menimbulkan risiko stagflasi, yaitu situasi di mana pertumbuhan ekonomi melambat atau bahkan kontraksi, namun inflasi tetap tinggi, yang sangat membebani daya beli masyarakat dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan5.
Faktor Penyebab dan Dampak Inflasi di Inggris
Inflasi yang meningkat di Inggris tidak hanya disebabkan oleh kenaikan permintaan barang dan jasa, tetapi juga oleh faktor eksternal seperti kenaikan harga energi global dan ketidakpastian geopolitik, termasuk dampak sanksi terhadap Rusia dan ketegangan perdagangan internasional59. Kenaikan harga gas dan energi menjadi faktor utama yang mendorong inflasi, yang kemudian menekan biaya produksi dan harga barang secara umum. Kondisi ini menyebabkan turunnya pendapatan riil masyarakat, terutama bagi mereka yang berpenghasilan tetap, sehingga konsumsi domestik melemah dan kemiskinan berpotensi meningkat68.
Dampak inflasi yang tinggi juga memaksa Bank of England (BoE) untuk mempertimbangkan kenaikan suku bunga guna menjaga nilai mata uang dan menekan inflasi. Namun, kenaikan suku bunga ini berisiko memperlambat pertumbuhan ekonomi lebih lanjut karena biaya pinjaman menjadi lebih mahal bagi pelaku usaha dan konsumen58. Selain itu, ketidakpastian kebijakan perdagangan global, terutama terkait kebijakan tarif Amerika Serikat, menambah tekanan pada ekonomi Inggris yang sudah rentan pasca-Brexit dan pandemi5.
Tantangan Kebijakan Fiskal dan Ekonomi
Kanselir Inggris, Rachel Reeves, menghadapi dilema besar dalam mengelola kebijakan fiskal di tengah kondisi ekonomi yang memburuk. Pemerintah telah menetapkan aturan fiskal yang ketat, termasuk larangan meminjam untuk pengeluaran sehari-hari dan target pengurangan utang sebagai persentase dari pendapatan nasional. Namun, dengan kontraksi ekonomi dan inflasi yang meningkat, Reeves harus mencari keseimbangan antara menjaga disiplin fiskal dan memberikan stimulus yang cukup untuk mendorong pertumbuhan1.
Selain itu, pemerintah juga berkomitmen untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan hingga 2,5% dari PDB pada tahun 2027, yang menambah tekanan pada anggaran negara. Untuk memenuhi target ini, diperlukan sumber pendanaan tambahan atau pemotongan anggaran di sektor lain, yang berpotensi memperlambat pemulihan ekonomi jika tidak dikelola dengan hati-hati1.
Prospek Ekonomi dan Kebijakan yang Diharapkan
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Inggris untuk tahun 2025 masih suram. Bank of England dan para ekonom memperkirakan pertumbuhan yang rendah atau bahkan stagnasi, dengan risiko resesi teknis yang hampir dapat dihindari tetapi tidak sepenuhnya tertutup235. Inflasi diperkirakan akan tetap menjadi tantangan utama sepanjang tahun, meskipun ada harapan tekanan inflasi akan mereda secara bertahap di paruh kedua tahun ini4.
Dalam menghadapi situasi ini, Kanselir Reeves diperkirakan akan mengumumkan kebijakan-kebijakan baru dalam Pernyataan Musim Semi 2025 yang bertujuan menjaga stabilitas fiskal sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ini mungkin melibatkan kombinasi pemotongan anggaran di beberapa sektor dan peningkatan pinjaman pemerintah, yang keduanya memiliki risiko masing-masing terhadap kepercayaan investor dan pertumbuhan ekonomi1.
Kesimpulan
Inggris sedang berada di persimpangan jalan ekonomi yang sulit, dengan inflasi yang meningkat dan pertumbuhan ekonomi yang melambat. Kenaikan harga energi dan ketidakpastian global memperburuk kondisi ini, sementara pemerintah harus menyeimbangkan antara disiplin fiskal dan kebutuhan untuk stimulus ekonomi. Kebijakan yang akan diambil oleh Kanselir Rachel Reeves dalam waktu dekat akan sangat menentukan arah pemulihan ekonomi Inggris. Jika berhasil, Inggris dapat mengatasi tantangan stagflasi dan menjaga stabilitas ekonomi; jika tidak, risiko resesi dan pelemahan daya beli masyarakat akan semakin nyata159.